top of page

Sejarah Museum 

Wayang

Gedung yang artistik di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat ini dibangun tahun 1912, sebelumnya adalah tanah gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan nama de Oude Holandsche Kerk. Pada tahun 1732 diperbaiki dan namanya diganti menjadi de Nieuw Holandsche Kerk. Bangunan gereja ini pernah hancur total akibat gempa bumi.

Genootshap van Kunsten en Wetwnschappen yaitu lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli bangunan ini. Oleh lembaga itu, gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia dan pada tanggal 22 Desember 1939 dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum. Pada tahun 1957, gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan pada tanggal 17 September 1962 diberikan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang.

Museum Wayang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 13 Agustus 1975 dan sejak 16 September 2003 mendapat perluasan bangunannya hibah dari H. Probosutejo. Museum Wayang menampilkan pula berbagai koleksi wayang dan boneka dari negara-negara sahabat, di antaranya Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Perancis, Rusia, Polandia, India, dan Kamboja. Bukand sekadar menjadi obyek rekreasi semata, di museum ini dapat dilakukan studi bagi para pelajar dan akademis, bahkan dapat dijadikan tempat pelatihan, pusat dokumentasi, dan penelitian pewayangan, serta dapat dijadikan media pengetahuan budaya antardaerah, dan antarbangsa. Untuk mendukung keberadaannya, di museum ini secara periodic diadakan perubahan tata pamer, pagelaran wayang dan atraksi pembuatan wayang.

bottom of page